Ketika HAM di Jadikan "Alasan"

Sumber Gambar
Saat saya berseluncur di twitter, saya melihat tweet-tweet dari @sudjiwotedjo yang membahas soal HAM.
Yang menarik adalah masalah HAM dalam dunia pendidikan. Seolah dunia pendidikan merupakan sarang pelanggaran HAM.
Menurut sobat, apakah memang demikian?
Setiap orang memang memiliki argumennya masing-masing. Namun, kali ini saya akan membahas masalah HAM di pendidikan.
Simpel saja, permasalahan murid dan guru memang terkadang tidak bisa di elakan.
Dari beberapa kasus di dunia pendidikan, saya memprediksi 93% kasus HAM di dunia pendidikan akibat kekerasan guru kepada anak didiknya. Tapi jika kita menggali lebih dalam kasus tersebut, apakah guru saja yang salah? Apakah murid 100% murni korban? Penyebabnya apa? Permasalahannya apa? Dibalik kasis pasti tersimpan pertanyaan tadi.
Sekarang, kita melihat saja kebelakang. Kita coba melihat beberapa puluh tahun lalu. Gimana dunia pendidikan kita dengan HAM?
Guru menampar murid? Guru menghukum murid dengan hukuman fisik? Itu sudah biasa. Memamng itu merupakan suatu metode pendidikan keras.
Ada pernyataan yang menyatakan bahwa "pendidikan tegas bukan berarti harus keras". Menurut saya sob, ini bukan pernyataan 100% benar.
Ambil contoh simpel kembali. Mari kita bandingkan, anak jaman sekarang dan jaman dulu. Sangat berbeda bukan? Sebagian besar orang jaman dulu memiliki disiplin tinggi serta memiliki fisik yang kuat bukan?
Mengapa demikian? Jawabannya simpel. Metode pendidikannya beda. Dulu sangat di terrapkan pendidikan keras. Namun mencetak manusia mental baja. Sekarang, pendidikan yang makin karut marut ditambah lagi banyak kecurang plus, ditambah lagi metode pendidikan yang seolah lemah lembut.
Memang, kualitas dan pola pemikiran jauh unggul sekarang. Tapi mungkin dengan pendidikan keras mungkin bisa saja menciptakan manusia super.

Oke, secara kesimpulan permasalahan HAM dalam dunia pendidikan terlalu memojokan guru. Guru menempeleng murid? Tentunya itu memiliki alasan. Saya tidak beranggapan semua memiliki alasan ya. 
Lagi, setiap kasus yang di usut alasan utamanya adalah HAM. Mengapa harus HAM? Apakah HAM di buat sebagai senjata? Mengapa guru yang tentunya belum tentu salah menjadi tersangka?
Memang belum tentu juga guru benar 100%. Tapi alangkah lebih baik, HAM jangan di jadikan senjata yang bisa membuat pendidikan kita semakin hancur.

Disini saya bukan ingin menerapkan pendidikan memakai kekerasan. Tapi alangkah baiknya, sistem pendidikan juga harus di tegaskan. Harus bisa membuat dan membentuk jiwa nasionalisme muridnya.
Disini saya juga tidak bermaksud membela guru. Namun, apakah lebih baik kita ikut sedikit menyelidiki kasus ini? Kita harus tau tidak semua guru itu salah. Tapi kita perlu tau juga, tidak semua guru itu benar.


wartabersama.blogspot.com "OAS"

            

0 Komentar