Mogok Bukan Jalan Elegan

BONTANG   -   Rencana pemogokan pemain Bontang FC menyusul tidak dibayarkannya gaji sejak Juni lalu, urung dilakukan. Meski demikian, para pemain BFC akan tetap meminta haknya ditunaikan manajemen, dan menempuh jalan yang lebih arif.

Seperti diberitakan sebelumnya, para penggawa The Reds Equator -julukan BFC- akan melakukan pemogokan latihan, Rau (22/9) kemarin. Rencana itu mencuat seiring dengan tidak terselesaikannya masalah tunggakan gaji, yang sedianya akan dibayarkan pada Senin (20/9) lalu. Janji manajemen BFC yang akan menunaikan pembayaran pada hari tersebut, terkendala masalah internal menyusul pengunduran diri Direktur PT Bontang Football Mandiri, Andi Satya Adi Saputra. Andi Adi, begitu ia biasa disapa enggan mengambil risiko tetap mencairkan dana talangan yang didapatkannya karena saat ini ia sudah tak lagi memiliki hubungan dengan BFC, setelah mundur dari kepengurusan pada Sabtu (18/9) lalu.

Dari penuturan beberapa pemain BFC yang enggan namanya dikorankan, aksi mogok yang direncanakan gagal digelar karena ada jalan keluar yang dinilai lebih elegan. Mereka akan melayangkan surat yang ditujukan pada jajaran pengurus PT BFM untuk bisa memberikan jaminan kapan tunggakan gaji mereka akan diselesaikan. Bukan hanya itu, surat yang dilayangkan itu juga memuat permintaan kejelasan nasib pemain baru yang meminta pengucuran dana 25 persen dari kontrak musim ini.

“Kami kemarin malam (Selasa malam, Red.) akhirnya bertandang ke rumah pelatih (Fakhri Husaini, Red.) untuk meminta saran jalan seperti apa yang bisa ditempuh. Akhirnya disepakati kami tidak perlu melakukan mogok latihan dan menempuh jalur lain,” tutur seorang pemain dari skuad BFC musim lalu.

Namun, pemain yang menjadi juru bicara para pemain lama BFC itu mengaku tidak segan-segan untuk merealisasikan ancamannya jika suatu saat kondisi seperti ini terus mendera. “Kami tidak akan menahan diri lagi jika suatu saat hal semacam ini menimpa kami lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Fakhri Husaini mengaku jika dirinya berusaha menjadi fasilitator pertemuan manajemen dengan pemain. Menurutnya saat ini perlu ada cara cerdas menanggulangi kemungkinan terburuk yang bisa mengganggu kesolidan timnya.

“Pertemuan akan digelar untuk membicarakan penyelesaian masalah tunggakan gaji dan pembayaran uang muka kontrak. Saya pikir saat ini seharusnya fokus kami sudah tercura pada kesiapan tim menghadapi dua laga lawan Persema dan Arema,” ujar Fakhri.

Memang di antara tim lainnya, masalah internal di tubuh BFC bisa dibilang telat datang. Di saat kompetisi hanya tersisa satu minggu lagi, BFC belum memiliki kerangka tim. Boro-boro mengatasi permasalahan itu, krisis kepercayaan pemain pada manajemen terkait gaji justru jadi permasalahan paling krusial. Imbasnya, semangat juang pemain di lapangan pun mengendur. Itu diperlihatkan kala beruji coba dengan Persisam, Minggu (19/9) lalu dengan kekalahan 0-2.

“Bagaimanapun permasalahan mental pemain menjadi kendala terbesar saya membangun tim ini. Sangat wajar kami kalah dari Persisam kala itu, mengingat pemain kami masih harus dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang seharusnya tak lagi jadi beban pikiran,” ujar Fakhri.

“Saya berharap, sebelum kompetisi bergulir masalah ini sudah terselesaikan. Jika masalah ini masih menghadang, saya tidak bisa menjamin tim ini akan bisa berbuat banyak di ISL musim ini,” imbuh Fakhri.

Sementara itu, General Manager BFC yang baru, H Mansur mengatakan, pihaknya akan mengupayakan penyelesaian masalah ini secepatnya. Saat ini memang fokus dan perhatiannya masih terpecah dengan keperluan tim yang lain. Apalagi dengan waktu yang mepet, pihaknya masih kesulitan untuk menyelesaikan semua permasalahan. “Kami belum genap seminggu menjabat posisi ini. Dan, jujur saja, masih ada kepentingan lain yang juga sangat mendesak. Kami harap pemain dapat bersabar akan kondisi ini. Jelas kami tak akan menutup mata akan kondisi ini, tapi semuanya tidak bisa diselesaikan dalam waktu sekejap,” ujar Mansur.

0 Komentar